Pati Jadi Peringatan Nasional, Pemimpin Harus Berfikir Sebelum Berucap

 0  21
Pati Jadi Peringatan Nasional, Pemimpin Harus Berfikir Sebelum Berucap

Medan, RSI | Gelombang demonstrasi besar-besaran yang terjadi hari ini di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, merupakan bukti nyata bahwa kepemimpinan yang arogan dan sembrono dalam berbicara dapat memicu krisis sosial yang luas. Ribuan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu turun ke jalan memprotes berbagai kebijakan Bupati Pati Sudewo yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan rakyat.

Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) sebesar 250%, pemutusan hubungan kerja tenaga honorer tanpa pesangon, hingga pembatasan tenaga pendidik adalah rentetan kebijakan yang menjadi pemantik protes. Namun, ucapan sang Bupati yang terkesan menantang justru menjadi bensin yang menyulut api kemarahan.

 “Jangankan 5.000 orang, 50.000 pun silakan dikerahkan,” ucap Bupati Sudewo dalam sebuah pernyataan yang viral di media sosial dan memicu gelombang penolakan nasional.

Menanggapi hal ini Afrizal Ketua Rumah Solusi Indonesia, menyampaikan kritik tajam terhadap gaya komunikasi kepala daerah yang dianggap gegabah. "Pemimpin harus berpikir sebelum berucap. Satu kalimat yang terkesan menantang bisa membakar amarah satu kabupaten. Di tengah kondisi sulit, rakyat butuh empati, bukan arogansi," ujar Afrizal.

Afrizal menambahkan bahwa setiap ucapan pemimpin adalah simbol arah kepemimpinan itu sendiri. Ketika kalimat yang dilontarkan mengandung nada sombong, meremehkan, atau bahkan menantang rakyat, maka legitimasi moral sang pemimpin akan runtuh.

Demo yang awalnya menuntut pembatalan kebijakan kini berubah menjadi gelombang tuntutan agar Bupati Sudewo mengundurkan diri. Bahkan kehadiran tokoh nasional seperti Cak Sholeh, pengacara dari Surabaya, mempertegas bahwa aksi ini telah menjadi simbol perlawanan terhadap gaya kepemimpinan yang dinilai otoriter. “Pemimpin yang zalim dan arogan harus dilawan. Suara rakyat tidak bisa diremehkan,” ujar Cak Sholeh dalam orasi di tengah ribuan massa.

Pesan untuk Seluruh Kepala Daerah dan Nasional jangan Uji Kesabaran Publik. Kejadian di Pati adalah pelajaran terbuka bagi seluruh kepala daerah di Indonesia. Kekuasaan tidak bisa dijalankan dengan gaya militeristik atau semena-mena. Rakyat hari ini bukan hanya menuntut program, tetapi juga menginginkan respek.

Afrizal menutup dengan peringatan tegas "Jabatan adalah amanah. Kata-kata pemimpin bisa jadi obat atau racun. Maka berhati-hatilah. Karena rakyat hari ini punya mata, suara, dan keberanian."